Semangat untuk Bangkit Menghadapi Trauma

Semangat untuk Bangkit Menghadapi Trauma

Trauma merupakan pengalaman emosional yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian yang tentunya tidak menyenangkan. Memori negatif itu sering kali tersimpan sampai bertahun-tahun lamanya. Ketika seseorang mempunyai trauma ini, respon pikirannya bisa berupa rasa sedih, panik, syok terhadap kejadian tersebut.

Apakah kamu sedang berusaha bangkit dari trauma?

Bagaimana hari-harimu akhir-akhir ini? Meski kita tidak bertemu, aku sangat ingin menanyakannya. Tentu, tidak mudah untuk melewati hari-hari dengan terlihat baik-baik saja. Beberapa hal sering mengingatkan akan kejadian masa lalu ya, menghancurkan hari yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa begitu mudahnya. 

Setiap orang memiliki cerita traumanya masing-masing, mungkin berupa luka masa kecil, kehilangan orang yang sangat dicintai, kecelakaan, ataupun perundungan. Bagaimana kesehatan fisik, emosional, dan mental kamu? Inginnya fokus dengan hari ini masa kini, tapi ternyata tidak mudah. Beberapa hal sering kali memicu memori buruk itu muncul, sama sekali tidak menyangka ternyata seserius itu (pandanganku sebagai orang awam).

Menghadapi trauma butuh proses panjang, iya nggak sih?

Iya banget, dan entah sampai kapan. Tapi mungkin kalian mempunyai jawaban yang berbeda, it’s okay. Ketika aku melihat diri, terlihat seperti sebuah kaca yang telah remuk sebelumnya. Banyak hari aku habiskan untuk menyatukan satu bagian dengan bagian lainnya tetapi tidak bisa solid seutuhnya. Sambungan-sambungan yang retak itu bisa begitu mudah hancur dengan sentilan sedikit saja. Sulit untuk mencapai pulih tetapi berusaha menjadi lebih baik setiap harinya adalah kunci.

Haruskah menceritakan tentang trauma ini kepada orang terdekat? Mungkin saja bisa menjadi salah satu cara untuk menjadi lega dan mengurangi stress yang timbul. Menurutku, jika trauma kamu tidak berasal dari keluarga dan keluargamu adalah tipe yang supportif dan terbuka soal kesehatan mental, keluargamu bisa jadi support system teraman.

Sayangnya ketika trauma itu justru muncul dari keluarga, keadaan menjadi sebaliknya. Anggota keluarga yang diharapkan bisa memeluk hangat saat kita sedang merasa tidak aman justru menjadi penyebab rasa kurang nyaman berada di rumah. Luka batin itu rasanya sangat dalam, semakin usia bertambah semakin terasa sakitnya.

“Merasa tidak aman menjadi diri sendiri di rumah sangatlah melelahkan. Apabila hal ini terjadi saat masih kanak-kanak, sebelum otak berkembang sepenuhnya, rasa tidak aman dapat menyebabkan perubahan mental, emosional, dan fisik yang kekal.” Shae Chisman Psikoterapis di Georgia, Amerika Serikat.

Apakah kamu merasa relate dengan ucapan Shae Chisman di atas? Aku mau bilang, “Sama kita satu tim, Semangat ya! Semoga hari-hari esokmu selalu lebih baik dari hari kemarin.”

Ingin berdamai dengan perasaan trauma

Pengalaman traumatis yang disebabkan oleh anggota keluarga dapat memengaruhi kemampuan seseorang mengelola emosi, memandang diri sendiri dan melihat masa depan. Tidak jarang individu yang menerima perlakuan kasar dari orang rumah berpikir bahwa mereka pantas untuk dijahati atau diabaikan, bahwa itu semua salah mereka. Orang mengabaikan trauma mereka dan akhirnya menjebak mereka dalam hubungan yang sama-sama tidak sehat. -Vanessa Pezo, Terapis (dikutip dari vice.com)

Dari pernyataan Vanessa Pezo tersebut, aku setuju. Pertanyaan selanjutnya yang ada di benakku adalah apa respon yang akan aku pilih untuk menghadapi perasaan trauma ini? Mungkin jalannya sulit dan panjang, tetapi pasti ada yang bisa dilakukan untuk memberikan hidup yang lebih baik untuk diri sendiri di masa depan. Usaha itu perlu dilakukan mulai sekarang, meskipun perlahan.

Beberapa waktu terakhir rasa sedih itu kembali karena menerima ucapan merendahkan lagi dari salah seorang oknum anggota keluarga sendiri yang sudah terjadi dari sejak masih kanak-kanak. Perasaan sedih, kecewa, merasa direndahkan ternyata muncul secara perlahan-lahan seiring bertambahnya usia. Rasanya sangat menyakitkan, mungkin hal terparah yang pernah aku alami adalah timbul rasa takut ketika mendengar suaranya sampai hilang nafsu makan.

“Perilaku merendahkan orang lain dengan alasan apapun, tidak pernah bisa dibenarkan. Tetapi perkataan, pola pikir, dan tindakan orang lain bukanlah sesuatu yang bisa kita kendalikan. Kamu punya masa depan dan itu indah.” Aku sering mengucapkannya pada diri sendiri untuk menjalani hari. Mungkin tidak bisa menghilangkan trauma, tetapi bisa menggeser fokus ke hal-hal yang perlu diusahakan sebaik mungkin untuk mempersiapkan masa depan.

Masa kini adalah sepenuhnya milik kita, hadiah menakjubkan dari Sang Pencipta. Diberikan secara gratis tetapi tidak bisa dibeli, jadi sangat tidak layak untuk disia-siakan hanya untuk orang yang selalu merendahkan kita. Semangat yuk bisa yuk!

Prioritaskan Keselamatan Fisik dan Emosional

Banyak tips untuk meredakan rasa trauma yang bisa kamu pilih, hanya dirimu sendiri yang paling mengerti apa yang membuatmu paling nyaman. Orang lain bisa memberikan banyak saran, tetapi tidak bisa merasakan perasaanmu saat ini. 

Dari sekian banyak, terfavoritku adalah rekomendasi dari Chisman yang menuturkan bahwa penting sekali untuk menjadikan keselamatan fisik dan emosional sebagai prioritas. 

“Jadikan keselamatan fisik dan emosional sebagai prioritas jika kamu tinggal bersama anggota keluarga yang menyakiti atau memperlakukanmu dengan buruk.” – Shae Chisman 

Sejalan dengan Chisman, Pezo menuturkan,”Pikirkanlah dukungan apa yang kamu butuhkan. Kamu bisa belajar mengenali emosi dan mengatasinya dengan cara yang sehat. Rawat dan lindungi dirimu dengan penuh kasih sayang.”

Semua keputusan perlu dipikirkan dengan matang karena setiap pilihan punya konsekuensinya masing-masing. Pastikan mengambil keputusan dalam keadaan tenang sehingga tidak salah langkah ya. 

“Butuh pengorbanan besar untuk bisa terlepas dari situasi abusif, sehingga kamu perlu merencanakan segala sesuatu matang-matang supaya prosesnya lancar.” -Vanessa Pezo, Terapis (dikutip dari vice.com).

Sumber :

https://www.vice.com/id/article/dy7ezy/saat-keluarga-bukan-lagi-tempat-aman-ke-mana-kita-harus-pergi

https://www.halodoc.com/artikel/lakukan-5-tips-ini-untuk-atasi-trauma-masa-lalu