“Masih sekolah, tapi badannya udah kayak ibu-ibu dua anak abis melahirkan!”
Kalimat di atas sampai saat ini masih kuat terngiang di pikiranku. Body shaming memang bikin pusing dan bikin down mental seseorang. Mungkin awalnya bercanda, mungkin orang yang dapat body-shaming bakal ketawa-ketawa pas di depan kita. Kita tidak tahu, bisa jadi di belakang kita dia menangis, minder, dan tidak percaya diri, lalu membenci dirinya sendiri.
Aku pernah di body shaming-in sama orang yang nggak aku kenal. Saat itu di tempat fotokopi-an depan SMK-ku dulu. Orangnya cowok pake kacamata, aku masih ingat wajahnya. Sorry to say, dia nggak ganteng, tapi bisa ngehina fisiknya orang lain di depan umum.
Dia datang pas aku udah selesai fotokopi, pertama orangnya nanya, “mbak masih sekolah?”, aku jawab “iya, kelas 12”, Lalu dia menyahut “masih sekolah tapi bodannya udah kayak ibu-ibu dua anak abis melahirkan!” . Dia bilang begitu di depan orang banyak dan setelah itu ketawa-ketawa, merasa nggak bersalah sama sekali. He think that is a joke!
Shock dan malu, aku malu banget. Pulang naik motor rasanya pengen nangis saja. Setelah kejadian itu, aku jadi minder dan nggak percaya diri (pede) memakai celana jeans lagi, takut pahaku, kakiku kelihatan besar.
Sejak kejadian itu, aku akhirnya nge-gym. Setiap hari nge-gym mati-matian nggak peduli pulang sekolah capek, malam pun tetap berangkat nge-gym, tiap minggu jadi punya rutinitas harus jogging, sampai tak rela-relain ikut senam aerobik juga, ikut zumba, dan workout di rumah.
Aku sampai gak peduli badan njarem, pegel, kram semua karena tiap hari fisik dan mengangkat alat berat. Tiga bulan nge-gym berat badan aku emang turun, tapi nggak banyak perubahan di tubuh aku.
Aku shock, malu, pengen nangis, dan benci diriku, lalu olah raga mati-matian
Cuma di lengan jadi ada ototnya, boobs, butts, perut sama pundak jadi lebih atletis, tapi tidak dengan pahaku dan pipiku (padahal niatnya ngecilin paha dan pipi). Pipi tetap overload dan paha tetep mirip ayam goreng KFC.
Aku olah raga mati-matian bertahan selama tiga bulan, aku mulai lelah nge-gym dan akhirnya pasrah but finally aku mulai sadar dan stop menyengsarakan tubuhku. Aku nggak mau memaksa diriku sendiri agar terlihat sempurna, terlihat baik di mata orang lain, padahal aku nggak nyaman dan hal itu menyiksa.
And now, my whole mindset has changed. I proud with myself, I love my body apapun dan bagaimanpun itu bentuknya. Meskipun muka pipi semua, double chin, gigi nggak rata, paha mirip ayam KFC, rambut potongan pendek seperti cowok, kulit nggak putih, nggak glowing dan kekurang-kekurang lain yang aku punya.
Kini saatnya aku menerima diriku seutuhnya ! This is me, I’m enough. Aku cantik dan seksi sesuai versiku. Nggak papa nggak cantik sesuai versi mereka, nggak papa nggak seksi yang penting sehat.
Beauty isn’t always about boobs, butts or having longer hair, brighter skin, sharp nose. It’s okay to have acne in our face, it’s okay to have a belly fat. For me, beauty is the way we think, the way we treat someone, beauty is in our attitude, beauty is in our heart.
Yuk ah! Hargai dan Dukung Seseorang dengan Versi Terbaiknya
Pretty face doesn’t mean a pretty heart! Remember this. Tapi aku gak peduli hati orang lain, itu urusannya dia dengan hatinya. So stop comparing ourselves with others. We don’t need to force ourselves to look beautiful and sexy. Be your own kind of beauty! And be thankful.
Let people love us because we have our own version. We are more than our makeup, we are more than our dress-up, we are more than our body shape, we’re worth it!
Setelah baca ini, semoga banyak orang yang lebih sayang kepada dirinya sendiri. We must love ourselves first before we love others. Semoga tidak ada lagi orang yang memandang seseorang hanya dari penampilan fisik mereka saja. Semoga semakin sedikit orang yang suka julid nyinyir dan nge-body shaming-in orang lain lagi meskipun itu bercanda! Julid sama fisik seseorang itu bukan jokes!
Tuhan menciptakan manusia dengan versi terbaik-Nya. Semoga banyak orang yang saling menguatkan, sama-sama belajar biar nggak nge-body shaming in orang lain. I know how it feels. Daripada body shaming, lebih baik cari topik bahasan lain, yang nggak menyakiti hati orang lain. Jangan jadi manusia yang hanya fokus ke rupa, padahal hati dan perilaku lah yan penting. Think before we act.[]
Summer Gambar: ilustrasi freepik