Petjel Kediri & @gombal.project: Perempuan Membangun Usaha sekaligus Gerakan Sosial

Petjel Kediri & @gombal.project: Perempuan Membangun Usaha sekaligus Gerakan Sosial

Sistem dualisme ekonomi akan terus terjadi di level  masyarakat kita, adanya keterikatan sosial dan perasaan komunal sesama perempuan untuk bisa saling berdaya adalah kunci mendapatkan profit dalam tanda kutip, tidak terbatas hanya profit  finansial saja, tetapi profit membangun lingkungan keberlanjutan dan keberagaman sebagai modal  sosial untuk generasi berikutnya. 

Kelly Mayasari

Beberapa waktu lalu Perempuan Berkisah membuka diskusi #BerbagiSudutPandang tentang Strategi  Perempuan Membangun Usaha Sosial dan Profit dengan dua narasumber yang inspiratif, Septya Ningtyas, enterpreneur dan owner Petjel Kediri. Narasumber kedua adalah para perempuan pengusaha sosial dari  @gombal.project.id.

Sumber: Youtube Perempuan Berkisah

Hal menarik dalam diskusi ini adalah soal embeddedness. Kedua narasumber dalam diskusinya menyebutkan bagaimana usaha sosial dibangun  untuk bertahan selama pandemi, dan bagaimana membangun sebuah usaha sekaligus bisa  menggerakkan dan memberdayakan lingkungan, terutama perempuan. Bagaimana menjalankan  usaha untuk mendapatkan keuntungan atau profit bersama, tidak serta merta demi keuntungan  finansial semata tetapi semangat untuk saking berdaya yang cenderung diangkat pada diskusi kali ini.  

Membangun Jejaring Sosial dengan Memberdayakan Lingkungan Sekitar

Kita tentu tidak asing dengan frasa: ”Mangan ora mangan ngumpul” dari salah satu tokoh Umar  Kayam. Ketika mengikuti diskusi ini, entah kenapa yang teringat adalah frasa tersebut. Hal ini  berhubungan juga dengan issue embeddedness tadi. Kata kuncinya adalah keterlekatan, dalam hal ini  keterlekatan sosial. Individu ketika membangun usaha akan mengutamakan bagaimana caranya memutar kembali modal yang didapat. Beda halnya dengan social entrepreneur, fokus yang  diharapkan adalah bagaimana membangun jejaring sosial dengan memberdayakan dalam hal ini  memberdayakan perempuan di lingkungan tempat tinggal.  

Teman-teman dari @gombal.project.id dan Petjel Kediri memiliki kesamaan yakni misi sosial. Dalam  hal ini tidak semata-mata bisa saling membantu tanpa materi, tetapi ke depan mampu membangun  apa yang disebut modal sosial, terciptanya masyarakat yang gotong royong, saling berdaya, dan  berdaulat dengan usahanya. Kita tidak munafik namanya usaha pasti akan mengejar profit. Tetapi jika  dalam sebuah usaha, profit yang didapat tidak hanya profit finansial melainkan juga profit yang value nya membangun kembali masyarakat yang memiliki solidaritas tinggi adalah sebuah capaian yang  membanggakan sekaligus membahagiakan banyak orang.  

Septya Ningtyas, Owner Petjel Kediri

Hal menarik yang lain bisa kita jadikan contoh adalah konsep ‘semeleh’ dari Kak Tyas owner Petjel  Kediri. Jika ditanya apa strateginya mampu bertahan berjualan makanan selama pandemi, yaitu sikap  semeleh, dimana mungkin bagi para pengusaha strategi ini dipandang tidak akan memberikan banyak  keuntungan. “Serahkan semua kepada Gusti Allah, rezeki tidak akan tertukar” ujar Kak Tyas. Ini seperti  sebuah sikap yang tidak ngotot. Sama halnya dengan konsep warung gotong royong untuk bersama,  konsep yang makin jarang kita temui saat ini. Kak Tyas pun tidak takut resepnya ditiru atau dicuri  karena Kak Tyas percaya pelanggan bisa membedakan dan kembali lagi semua sudah ada jatah rezeki  masing-masing.  

Membangun Usaha sekaligus Gerakan Sosial

@gombal.project.id selain membangun usaha sosial sekaligus juga membangun gerakan sosial dan  lingkungan. Konsep yang diusung membuat tas dari bahan ‘gombal’ atau kain bekas pakai, misal dari  celana jeans yang sudah tidak dipakai. Sistem stok bahan baku tas berasal dari donasi dan ada juga  yang dari beli. Bahan baku ini kemudian dijadikan tas dengan pola jahitan yang kuat karena awalnya dikonsepkan untuk tas belanja.

Presentasi dari Komunitas @gombal.project.id

Penjahit tas juga memberdayakan ibu-ibu di sekitar tempat tinggal. Dimana hasil penjualan akan digunakan untuk membayar upah tenaga jahit. Isu lingkungan dan isu  gender membawa kawan-kawan dari @gombal.project.id mantab untuk terus bergerak untuk  keberlangsungan gerakan bersama ini. Bisa berdonasi sekaligus mengikuti gerakan ganda dengan  usaha sosial. Upaya kecil yang bisa memberikan efek domino ke masyarakat yang bisa membawa  kembali makna gotong royong dan keberagaman yang mulai pudar.  

Kenapa kita perlu membawa kembali makna gotong royong dan keberagaman yang mulai pudar dalam  masyarakat kita saat ini, karena pada dasarnya kita adalah makhluk sosial, segala sikap dan perilaku.

Melahirkan Keterlekatan Sosial

Kita melahirkan keterlekatan sosial. Usaha sosial yang dimulai dari gerakan bersama, gerakan  sederhana bahkan selama pandemi memiliki kemampuan yang tak terduga, dan dilakukan oleh  perempuan, semacam mematahkan konstruksi sosial soal peran ganda perempuan yang tidak akan  bisa selamanya menyeimbangkan pekerjaan domestik dan usaha di luar rumah tidak akan berhasil. 

Kita sepakat perempuan mampu mendongkrak ekonomi keluarga, coba hitung saja dalam satu lorong  RT ada berapa perempuan yang setidaknya dia melakukan usaha atau berdagang, buka warung  kelontong, buka angkringan, jualan makanan, jual sprei, laundry, dan lain-lain. Di tempat saya, hampir  seluruhnya dikerjakan oleh perempuan. Sistem dualisme ekonomi akan terus terjadi di level  masyarakat kita, adanya keterikatan sosial dan perasaan komunal sesama perempuan untuk bisa  saling berdaya adalah kunci mendapatkan profit dalam tanda kutip tidak terbatas hanya profit  finansial saja, tetapi profit membangun lingkungan keberlanjutan dan keberagaman sebagai modal  sosial untuk generasi berikutnya. 

Informasi selengkapnya dapat dilihat di link youtube Perempuan Berkisah berikut ini: