Isu-isu perihal feminisme semakin hari semakin lantang digaungkan oleh banyak kalangan di Indonesia, terutama di kalangan kaum perempuan, yang memang sudah lama melihat kondisi ketidakadilan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan di dunia secara umum dan Indonesia secara khusus. Bagaimana peran perempuan dan laki-laki masih saja menjadi pembedaan akses bagi keduanya, baik itu di ruang-ruang domestik, maupun di ruang-ruang publik.
Bagaimana seorang perempuan dicitrakan sebagai makhluk yang lemah dari laki-laki, makhluk Tuhan yang berasal dari tulang rusuk laki-laki, yang selalu dinomorduakan, dan yang selalu dikaitkan dengan kodrat keperempuanannya, sehingga hanya memiliki peran di ranah-ranah domestik. Sedangkan lak-laki dianggap sebagai manusia kuat, manusia nomor satu dibandingkan perempuan, sehingga akses laki-laki lebih luas dibandingkan kaum perempuan. Sebuah stigma yang memang sudah mengakar dari dahulunya hingga dilanggengkan oleh budaya patriarki saat ini.
Semakin tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak hari ini, membuat kita semakin merenung, bahwa negara ini sedang sangat tidak ramah dan adil kepada perempuan. Ketika perempuan yang bekerja di luar rumah demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, namun dianggap sebagai perempuan pembangkang. Lalu, ketika perempuan memilih untuk berpendidikan tinggi, namun dianggap sebagai pesaing laki-laki, atau bahkan akan menjadi ancaman susah mendapatkan jodoh. Tak sampai di situ saja, bahkan perempuan dianggap sebagai sumber fitnah yang kelak tempatnya lebih banyak di neraka. Begitu malangnya menjadi seorang perempuan di negeri ini, jika hidup harus terus diatur oleh budaya patriarki yang membuat pengkerdilan kepada pemikiran masyarakat.
Maka, untuk merespon kondisi-kondisi yang demikian munculah sebuah istilah feminisme yang digaungkan oleh banyak kalangan saat ini. Namun, sebelum kita melanjutkan lebih jauh, maka penting untuk mengetahui apa pengertian dari feminisme itu sendiri.
Perjuangkan Kesetaraan Hak dan Akses
Feminisme merupakan sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan antara lak-laki dan perempuan dalam bidang politik, ekonomi, budaya, ruang domestik maupun ruang publik. Feminisme bukanlah sebuah ideologi yang menebarkan kebencian kepada laki-laki, apalagi sebagai pesaing laki-laki.
Paham feminisme sendiri berkembang cukup pesat di Indonesia, hanya saja masih sedikit sekali kaum perempuan yang ingin melibatkan diri untuk menjadi bagian dari gerakan tersebut. Masih besarnya anggapan yang mencap feminisme sebagai sebuah paham yang melemahkan posisi perempuan sebab orang awam menganggap bahwa penganut paham feminism selalu menuntut sesuatu yang lebih dari pada laki-laki. Padahal tidaklah demikian, gerakan feminisme hanyalah ingin menuntut equal right, bukan special right. Kesalahpahaman akan makna feminisme tersebut membuat banyak pihak menyalahkan kaum perempuan bahkan menentang gerakkan tersebut.
Saya ingin cerita, suatu hari sahabat laki-laki saya tiba-tiba menelpon, dia menanyai perihal konten yang saya muat di media sosial pribadi saya perihal kesetaraan gender. Dengan nadanya yang cukup percaya diri, dia langsung menceramahi saya dengan berbagai dalil-dalil al-Qur’an yang menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki itu sudah memiliki kodratnya masing-masing. Dimana, perempuan yang baik hanyalah ia yang berdiam diri di rumah, mengurus anak-anak dan suaminya, serta harus menuruti perintah suaminya sebagai kepala keluarga yang harus melayaninya dengan sangat baik, sebab surganya istri ada dibawah kaki suami, ujarnya. Seketika saya langsung menghela nafas panjang lalu mematikan telepon.
Sebuah pengalaman yang begitu nyata bagi saya pribadi, bagaimana kesenjangan dan ketidakadilan antara laki-laki kepada perempuan hari ini masih saja lestari. Padahal kondisi yang ingin diciptakan oleh feminisme adalah untuk memperbaiki ketidakadilan serta ketidakseimbangan gender yang terjadi sejak zaman dahulu. Dimana perempuan tak dianggap sebagai manusia yang utuh dan tak memperoleh akses yang sama dengan laki-laki. Dan feminisme hadir agar perempuan menjadi lebih baik dari semua ketidakadilan tersebut, bukan menjadi pesaing laki-laki apalagi menjadi pembenci laki-laki.
Feminisme tak hanya memperjuangkan hak-hak perempuan yang pernah tergadaikan, tetapi paham ini juga membebaskan laki-laki untuk mendobrak stigma masyarakat terhadap mereka. Feminisme juga akan merubah peran gender, norma seksual, praktik seksis yang selama ini membelenggu diri. Bahkan laki-laki juga berhak untuk hidup di luar lingkungan maskulinitas tradisional.
Feminisme menginginkan kesetaraan akses antara laki-laki dan perempuan di ruang domestik maupun raung public. Dan feminisme juga memiliki visi-misi untuk mengatasi KDRT, kekerasan seksual, objektifitas seksual, bahkan untuk memerangi anggapan bahwa setiap perempuan harus memiliki melahirkan anak. Tujuan yang begitu mulia dari sebuah feminisme, semoga kita saling berdaya dan bersuara untuk memperjuangkan kesetaraan tersebut.