Rasanya selama melalui proses pemulihan begitu berat dan merasa sendirian, namun bersama Komunitas Perempuan Berkisah saya mendapatkan kekuatan dari teman-teman support group Perempuan Berkisah (PB). Rasanya gak akan sekuat dan bertahan sampai saat ini tanpa support system dari komunitas.
Perempuan Penyintas kekerasan seksual asal Bekasi, dalam Ruang Aman Konseling Online PB 2022
Pernyataan di atas ditulis oleh salah satu penyintas kekerasan seksual dalam relasi romantis pacaran. Dia bukan hanya mengalami kekerasan seksual dari pacarnya, namun juga kekerasan berbasis gender online (KBO) dari pacarnya. Berdasarkan saran dari temannya, dia mulai mendaftar layanan konseling online perempuan berkisah (PB). Saat mengisi informed consent sebagai salah satu syarat mendaftar konseling online, penyintas dalam kondisi tertekan dan sulit mengontrol keinginannya untuk bunuh diri. Dalam kasus tertentu, kami kategorikan kondisi konseli sebagai “kondisi darurat”, sehingga meskipun begitu banyak konseli lain yang mengantri, maka korban dengan kondisi seperti ini bisa segera dijadwalkan untuk melakukan konseling. Konseli dalam hal ini sebagai sebutan bagi korban atau penyintas yang melakukan konseling di Ruang Aman PB.
Memetakan Kebutuhan Korban
Dalam proses konseling, salah satu tahapan sebelum sesi konseling ditutup adalah melakukan pemetaan kebutuhan konseli. Termasuk konseli asal Bekasi ini, salah satu kebutuhan dia pasca konseling sesi ke-1 adalah dia membutuhkan support system yang secara intens dapat berkomunikasi menjadi teman berbagi kekuatan, serta kebutuhan untuk melakukan konsultasi ke Psikolog Klinis secara gratis.
Untuk kebutuhan support system secara intens dalam proses pemulihannya, PB memfasilitasi Support Group (SG) khusus bagi penyintas pasca konseling online di Ruang Aman. Di dalam SG ini, penyintas ditemani beberapa konselor yang juga memiliki pengalaman sebagai penyintas kekerasan seksual. Sehingga dalam proses pemulihannya, penyintas tidak berjuang sendirian.
Sementara untuk kebutuhan konseling gratis ke Psikolog Klinis, sebenarnya PB juga memiliki relawan Psikolog Klinis di Ruang Aman PB, namun karena begitu banyak konseli sementara jumlah Psikolog Klinis sangat terbatas, maka akan selalu ada konseli yang kami rujuk ke lembaga layanan yang mau berkolaborasi memberikan layanan gratis.
Lalu bagaimana Ruang Aman PB melakukannya? Kami berkolaborasi dengan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Kekerasan Seksual (KOMPAKS) yang bekerjasama dengan lembaga layanan konseling bersama Psikolog Klinis secara gratis. Dalam kolaborasi ini juga kami saling mendukung, misalnya PB sesekali turut berdonasi semampunya. Jadi konseli yang membutuhkan konsultasi ke Psikolog Klinis dapat mengaksesnya secara gratis selama 4 (empat) kali konsultasi gratis.
Konseli Cukup dengan Konseling di Ruang Aman PB
Dari sekian banyak konseli, pada umumnya konseli merasa sudah cukup hanya dengan konseling di Ruang Aman Perempuan Berkisah (PB). Hal ini dapat diketahui di akhir konseling saat konseli diberi kesempatan mengungkapkan kondisinya pasca konseling, baik melalui proses konseling maupun pasca konseling berdasarkan form khusus yang diisi konseli pasca konseling.
Sehingga, kebutuhan bagi konseli untuk mendapatkan layanan konsultasi gratis bersama Psikolog Klinis hanya pada kasus tertentu. Kami juga akan merujuk ke Psikolog Klinis di luar Ruang Aman PB, ketika kapasitas jumlah konseli tidak bisa ditangani lagi oleh Psikolog Klinis di Ruang Aman PB, mengingat jumlah relawan Psikolog Klinis paling sedikit di Ruang Aman PB. Karena konseli lebih banyak yang membutuhkan pendampingan intensif secara online melalui konseling untuk sekian sesi, pendampingan langsung maupun penguatan intens di Support Group PB.
Dukungan dari Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa)
Dalam melakukan kerja-kerja sosial berbasis volunteerism untuk menguatkan para penyintas kekerasan berbasis gender (KBG), Komunitas Perempuan Berkisah bukan hanya didukung para relawan (volunteer) konselor, psikolog, maupun pendamping korban di beragam daerah, namun juga dari organisasi sosial seperti Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) melalui program Pundi Perempuan. Program ini memberikan dana hibah senilai 20 juta kepada lembaga maupun komunitas, terutama yang memberikan layanan pendampingan korban kekerasan berbasis gender (KBG). Dana Hibah sepenuhnya dimanfaatkan untuk pendampingan dan konseling perempuan dan anak korban/penyintas KBG. Tahun 2022 ini, Komunitas Perempuan Berkisah mendapat kesempatan sebagai salah satu penerima Dana Hibah untuk program selama Februari-Juli 2022. Selama 6 bulan ini, Komunitas Perempuan Berkisah melalui Ruang Aman konseling online telah melakukan pendampingan 112 konseli (korban/penyintas KBG0), jumlah ini kini mencapai 120 konseli per Agustus 2022 sejak tulisan ini dibuat.
Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) didirikan pada tahun 1995 di masa tahun-tahun terakhir rezim otoriter Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun. Ketika itu gerakan pro-demokrasi mulai berkembang. Saat IKa didirikan, perannya ditujukan untuk mendukung gerakan pro-demokrasi melalui hibah kecil/mikro dari organisasi donor internasional yang berbasis di Eropa (kebanyakan Belanda dan Belgia). Pendirinya adalah empat aktivis masyarakat sipil yang pada saat itu aktif dalam memajukan hak-hak buruh, hak-hak konsumen, hak asasi manusia dan pengembangan organisasi masyarakat sipil.
Komunitas Perempuan Berkisah adalah komunitas di bawah naungan Yayasan Perempuan Indonesia Tumbuh Berdaya (Pribudaya), sebuah organisasi non-profit berbadan hukum yang menyediakan layanan konseling online berbasis etika feminisme, pendampingan korban kekerasan berbasis gender (KBG) secara langsung, pemberdayaan bagi perempuan (terutama penyintas kekerasan berbasis gender), serta kampanye edukasi publik untuk pencegahan kekerasan berbasis gender (KBG) terutama kekerasan seksual. Yayasan Pribudaya juga merupakan transformasi dari Komunitas Perempuan Berkisah yang telah sah secara hukum menjadi sebuah Yayasan sejak per 10 Mei 2022.