Cinta itu membahagiakan, tidak menyakitkan atau menyesakkan; apalagi melumpuhkan. Cinta itu tak melulu urusan hati dan rasa, cinta juga tak melulu tak ada logika. Cinta bisa dibangun saat keduanya benar merasa, dan saat keduanya mau berusaha.
Lagu ‘Tak Ada Logika’ milik AgnezMo ini menceritakan betapa seorang perempuan memilih seorang laki-laki walaupun laki-laki itu sudah ada yang punya; dengan alasan kalau ‘cinta’ itu kadang-kadang tak ada logika.
Kesimpulan lagu ini menurut saya adalah: karena hasrat ingin memiliki yang begitu besar, lalu logika ditiadakan. Iya, ditiadakan. Bukan tak ada logika.
Ada begitu banyak perempuan di luar sana yang tengah berada dalam hubungan yang beracun, menggunakan alasan ‘cinta tanpa logika’ untuk bertahan atau mempertahankan.
Supaya tulisan ini tidak terkesan sekadar sambat, mari kita lihat beberapa contoh kasus di bawah ini yang mungkin tidak asing di telinga:
- Diselingkuhi berkali-kali, ketahuan berkali-kali, memaafkan berkali-kali. Dengan alasan pria peselingkuh, toh selalu berakhir kembali padanya, orang yang paling mencintainya.
- Dipukuli, dikata-katai, diusir dari rumah, status pernikahan digantung, namun tetap menolak bercerai. Dengan alasan masih sangat mencintai pelaku kekerasan.
- Dibohongi dengan mengaku belum menikah, akhirnya ketahuan setelah hubungan sudah terlalu jauh, ditinggalkan dengan alasan kembali ke istri, namun tetap memilih untuk mengejar cinta si pria beristri. Dengan alasan kalau cintanya terlalu dalam pada si pria.
BENAR KAH CINTA TAK ADA LOGIKA?
Saya tidak sedang berusaha menihilkan perasaan teman-teman perempuan saya ini, dengan bilang kalau yang mereka rasakan konyol atau bodoh. Namun, apa iya cinta sebegitu tak ada logikanya? Apa betul kita tidak butuh alasan untuk mencintai seseorang? Apa betul rasa cinta dan sayang itu akan datang begitu saja?
Buat saya pribadi, cinta itu proses. Ada ketertarikan dulu, keinginan untuk kenal lebih dekat, lalu muncul rasa suka, lalu kita bisa menentukan pilihan apakah kita akan jatuh cinta dan terperosok dalam ekspektasi kita akan cinta atau saling jatuh cinta dan sepakat untuk memeliharanya bersama.
Saya dan pasangan kenal satu sama lain lewat aplikasi kencan, dan hubungan jarak jauh kami sudah berlangsung selama lebih dari 3 tahun. Rasa cinta saya ke dia bukan tanpa alasan, demikian juga sebaliknya. Semuanya bisa dijabarkan dengan gamblang saat ada yang bertanya ‘Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya?’ karena rasa itu datang dengan proses, dan proses ini pun masih terus berlangsung seiring dengan bertumbuhnya kami sebagai individu dan sebagai pasangan.
CINTA ATAU SEKADAR KEMELEKATAN?
Beberapa waktu silam, saya mendapatkan jawaban yang cukup menarik atas pertanyaan ‘Apa yang membuatmu jatuh cinta pada pasanganmu?’ dari salah satu perempuan yang menceritakan kisah pernikahannya yang beracun namun tak jua ingin berpisah. Dia menjawab bahwa dia tidak memiliki alasan yang pasti kenapanya, namun dia percaya jika sayang atau cinta mempunyai alasan maka akan mudah hilang.
Menariknya, jawaban ini seringkali diberikan oleh teman-teman perempuan yang terjebak dalam hubungan yang beracun, kalimatnya variatif, namun intinya sama. Mereka tidak tahu persis kenapa mereka memilih untuk bertahan atau tidak melepaskan. Mereka tidak tahu persis apakah yang mereka rasakan itu betul adalah cinta, atau sekedar kemelekatan.
Bagaimana mengetahui perbedaannya?
- Kemelekatan itu bukanlah merasakan koneksi yang dalam dengan orang lain, tapi lebih kepada rasa kita sangat menginginkan orang itu sehingga seringkali disalahartikan dengan cinta.
- Dukungan, kepercayaan dan kebersamaan yang biasanya ditemui dalam cinta itu berbeda loh! dengan obsesi untuk terus bersama, atau pun perasaan yang intens terhadap seseorang dan keinginan untuk mengontrol suatu relasi.
- Bagaimana reaksimu saat dia tidak (lagi) merasakan hal yang sama? Apakah kamu menerimanya dan menghargai apapun yang dirasakannya? Atau kamu justru sibuk meyakinkan dirimu bahwa cintamu padanya tidak bertepuk sebelah tangan?
- Bedanya cinta dan hubungan yang penuh cinta dengan kemelekatan adalah bagaimana keduanya mempengaruhi hidupmu. Coba tebak yang mana yang bisa mempengaruhi hidupmu ke arah yang lebih baik?
- Apakah kamu merasa aman, nyaman akan dirimu sendiri sebagaimana rasanya berada dalam hubungan yang penuh cinta? Ataukah justru merasa insecure dan khawatir?
- Apakah kamu hanya fokus pada apa yang KAMU rasakan? Biasanya hubungan yang berdasar pada ‘aku’ dan bukan ‘kita’ bisa jadi tanda kalau yang kamu rasakan bukanlah cinta tapi kemelekatan.
Perasaan yang intens bisa membuat kita ‘merasa’ tak berdaya. Memahami perbedaan antara cinta dan kemelekatan bisa jadi langkah awal untuk menemukan lagi diri kamu yang (tanpa sadar) hilang dalam ilusi kemelekatan. Cinta itu membahagiakan, tidak menyakitkan atau menyesakkan; apalagi melumpuhkan. Cinta itu tak melulu urusan hati dan rasa, cinta juga tak melulu tak ada logika. Cinta bisa dibangun saat keduanya benar merasa, dan saat keduanya mau berusaha.